Jumat, 29 Januari 2010

Cerpen : Rumah Hantu

Sesampainya di rumah tanpa pikir panjang aku langsung menaruh bajuku sembarangan, lalu pergi bermain ke rumah vida . Ketika melewati rumah Vida aku melihat kucing yang terperangkap di semak – semak yang ada di rumah tak perpenghuni itu . banyak orang yang mengatakan bahwa rumah itu sudah menjadi rumah makhluk halus . rumah itu sudah lama tak berpenghuni sejak 7 tahun yang lalu, karena penghuninya terlilit hutang dengan bank. Kata tetanggaku, malam hari sering terdengar suara wanita menagis dan air keran yang hidup. Percaya tidak percaya aku harus percaya, karena ketika melewati rumah itu bulu kudukku selalu berdiri.
“miaw…miaw…miaw…, kucing itu mengeong padaku,” seolah memanggilku untuk menolongnya.
“aku tolong gak ya kucing itu ?” pikirku dalam hati .
Setelah lama aku pikirkan akhirnya aku memaksakan diri untuk menolong kucing itu, dengan kaki gemetar aku melangkah menuju gerbang rumah itu, lalu memasukkan tanganku ke sela – sela gerbang dan cepat – cepat mengambil kucing itu, walau dengan susah payah dan sempat tersangkut di sela – sela pintu gerbang. Setelah berhasil mengeluarkannya aku cepat – cepat menjauh dari rumah itu. Kucing itu menjilat tanganku seolah mengucapkan terima kasih padaku yang telah menolongnya. Lalu kulepaskan kucing itu dan pergi ke rumah Vida .
Sesampainya disana, aku melihat teman – temanku sedang asik bermain monopoli .
“Woi, kemana aja kamu? Kok baru datang sih?” tanya Vida dengan suara keras sehingga mengagetkanku.
“Maaf, tadi abis nolong kucing dari rumah hantu itu. Makanya aku telat datang.” jawabku sambil menggaruk kepalaku.
“Wuih, temen kita ada yang mau jadi pahlawan kesiangan nih .” ledek Nia padaku .
“Wakakakakak…” teman – teman yang lain ikut ketawa .
“Emang ada yang lucu ya?” Emang salah kalo aku nolong binatang hah ?” bentakku .
“ Enggak kok, malah bener banget. Tapi, kamu gak takut ?” sahut Fanya yang sedang mengocok dadu .
“Pertamanya sih takut, tapi aku berani – beraniin aja. Itung – itung amal.” jawabku pelan
“Gimana kalo kita berpetualang ke rumah hantu itu ?” ajak Nia sambil menepuk bahu Fanya .
“Gak ah, aku gak mau nyari masalah.” Sahut Fanya tegas .
“Bilang aja kamu gak berani kan ?” ledek Nia .
“ Siapa bilang aku gak brani aku brani kok ?” bentak Fanya sambil menepuk lantai .
“Ya udah, ayo kita ke rumah hantu itu.” jawab Nia dengan semangat
“Tapi kalo ada apa – apa jangan salahin kita. Jawabku .
“Oke, ayo kita berangkat ! seru Nia.
Sesampainya disana …
“ Ayo Nia kamu duluan.” suruh Vida pada Nia .
“ Kok aku sih ?” tanya Nia
“Kamu kan yang punya ide gila ini, makanya kamu yang duluan masuk.” sahut Nia
“Hah, kalian semua pengecut! ya udah aku duluan.” bentak Nia sambil berjalan menuju pagar rumah itu.
Kami memanjat pagar rumah itu secara bergantian, lalu kami menuju pintu depan rumah itu, ternyata tidak dikunci, lalu kami kami membukanya. Kami melihat ke seluruh bagian rumah, dari lantai satu hingga lantai dua. Rumah itu sudah menjadi sarang tikus dan kecoak. Perabotan rumah itupun sudah berdebu dan banyak yang keropos.
“Kita pulang aja yuk?” ajakku .
“Sebentar lagi deh, lagi seru nih.” sahut Nia
“Ternyata disini gak ada setan tuh? Berarti mereka bohong dong? “ timpal Vida.
“Iya, mereka semua tukang ngibul.” jawab Fanya
Aku merasa kesal pada mereka semua dan pergi meninggalkan mereka menuju lantai satu. Aku melihat sebuah ruangan yang berisi sebuah lukisan wanita, kupikir itulah pemilik rumah ini. Tanpa kusadari ada cicak jatuh di kepalaku, aku berteriak sangat kencang, karena saking kagetnya. Badanku terasa tidak bisa digerakkan saking takutnya. Teman – temanku langsung berlari secepat mungkin dan meninggalkanku. Akupun berusaha berlari mengejar mereka walau kakiku terasa kaku. Sesampainya di pintu gerbang kami berebutan memanjat untuk keluar dari rumah itu. Dan akhirnya aku orang terakhir yang keluar dari rumah itu. Aku menangis dan menyalahkan Nia. Nia pun hanya bisa minta maaf. Aku dan teman – teman berjanji tidak akan masuk ke rumah berhantu itu.

0 komentar: